Label

Sabtu, 16 Januari 2016

Penyakit Ebola

         EVD (Ebola Virus Disease) adalah sebuah penyakit berbahaya yang mengakibatkan kematian pada 90% penderitanya. Meskipun pengobatan dan vaksinnya belum ditemukan, Ebola dapat dicegah dengan berbagai tindakan. Wabah yang sedang berlangsung di Afrika Barat ini sedang ditangani dengan serius oleh WHO dan CDC dan telah dikategorikan sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Eksperimen terhadap penyakit Ebola masih terus dilakukan dan dikembangkan, namun obat tersebut masih belum siap untuk dijual secara luas.

Bagaimanakah virus Ebola menyebar dan siapa saja yang beresiko untuk terkena virus Ebola?
Virus Ebola ditularkan dari binatang liar dan menyebar dari manusia ke manusia. Orang dapat terinfeksi dengan virus ini hanya dengan bersentuhan dengan cairan tubuh si penderita atau korban Ebola, atau dari paparan benda-benda yang sudah terkontaminasi. Berbeda dengan infeksi influenza dan TBC, Ebola tidak menyebar melalui udara. Ebola juga tidak ditularkan melalui makanan atau air yang sudah terkontaminasi, kecuali daging binatang buas yang sudah terinfeksi.

Gejala

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Nyeri pada sendi dan otot
  • Merasa lemas
  • Kurangnya nafsu makan
  • Diare
  • Muntah
  • Nyeri pada perut
  • Pendarahan yang tidak wajar
         Gejala-gejala di atas dapat muncul dimana saja sejak 2 sampai dengan 21 hari setelah terkena virus Ebola. Umumnya, penderita akan mengalami gejala tersebut setelah 8-10 hari setelah terpapar virus Ebola. Penderita dengan kondisi yang parah memerlukan perawatan intensif. Pasien yang dicurigai atau sudah dinyatakan menderita EVD harus diisolasi dan dipisahkan dari pasien lain.

PENYEBAB

        Virus ebola termasuk famili Filoviridae. Famili Filoviridae ini terdiri atas virus Ebola dan virus Marburg. Keduanya sama sama menyebabkan penyakit demam akut dengan angka kematian yang tinggi. Virus ebola terdiri dari Bundibugyo ebolavirus Reston Ebolavirus , Sudan ebolavirus , Zaire ebolavirus, dan Tai Forest virus. Virus Reston adalah satu-satunya virus ebola yang tidak berasal dari Afrika. Virus ebola Reston menyebabkan infeksi yang fatal pada kera tetapi pada manusia hanya infeksi dengan sedikit atau tanpa gejala klinis.
       Virus dari famili Filoviridae (filovirus) adalah virus dengan partikel virus terdiri dari satu helai rantai RNA. Virus berukuran 790-970 nanometer panjangnya. Virus nampak dalam keadaan melengkung atau melilit. Selubung lemak bagian luarnya sensitif terhadap pelarut lemak atau deterjen. Virus akan rusak pada temperatur 600C dalam 30 menit dan dalam keadaan asam tapi dapat hidup dalam darah pada temperatur ruangan. Bagian permukaan virus mengandung glikoprotein yang berbentuk runcing yang berperan pada penempelan virus ke sel inang. Glikoprotein ini kaya akan kandungan gula sehingga dapat menghindari antibodi yang menetralkan virus. Bentuk yang lebih kecil dari glikoprotein virus yang mengandung antigen virus diproduksi oleh sel yang terinfeksi dan ditemukan pada sirkulasi darah penderita. Adanya antigen virus yang bersikulasi ini diduga menjadi mekanisme yang menghambat respon daya tahan tubuh penderita terhadap protein permukaan virus atau dengan kata lain memblok aktivitas antivirus tubuh penderita. Hal inilah yang menyebabkan virus ebola mengakibatkan angka kematian tinggi.
         Virus ebola ini sering menimbulkan wabah. Awalnya infeksi virus terdapat pada reservoir (makhluk hidup tempat virus hidup dan berkembang biak) yang tidak diketahui. Manusia tertular akibat kontak erat dengan makhluk/manusia lain yang terinfeksi virus atau melalui cairan tubuh penderita.
         Virus ebola memperbanyak diri dengan baik di semua sel manusia. Proses perbanyakan diri virus membuat kematian sel inangnya. Antigen virus dan virus banyak terdapat pada jaringan ikat bahkan pada kasus berat ditemukan pada jaringan di bawah kulit. Dari sinilah virus dapat keluar melalui celah antar kulit atau lewat kelenjar keringat dan dapat menular. Penularan virus melalui udara terjadi pada virus Reston yang menular melalui udara pada primata.

PENGOBATAN

          Sampai saat ini belum ada antivirus spesifik untuk pengobatan infeksi virus ebola. Terapi suportif dilakukan dengan memperhatikan volume darah dalam pembuluh darah, elektrolit, nutrisi, dan membuat pasien dalam keadaan nyaman. Volume cairan dalam pembuluh darah harus diganti.
Terapi dengan obat-obatan dapat dengan menggunakan dengan menggunakan nucleoside analogue inhibitors of the cell encoded enzyme S-adenosylhomocysteine hydrolase (SAH). Respon pengobatan tergantung dosis. Dosis 0,7 mg/kg yang diberikan setiap 8 jam pada hari 0 sampai 1 terjadinya infeksi dapat mencegah kematian. Bila obat baru diberikan pada hari kedua maka 90% kematian dapat dicegah.
        Kekebalan pasif telah dicoba dengan memberikan protein kekebalan yang didapat dari antibodi manusia dan kuda tetapi hasilnya tidak dapat mencegah kematian. Ternyata antibodi tersebut dapat mencegah kematian pada binatang guinea pigs dan babon tetapi tidak dapat mencegah kematian pada kera.
          Obat lain yang dapat mengurangi angka kematian lain walaupun tidak secara langsung terlibat dalam perkembangbiakan virus adalah inactivated protein C dan suatu rekombinan nematode anticoagulant protein (NAP).
           Penderita yang bertahan hidup mengeluarkan virus untuk jangka waktu yang cukup lama karena itu pasien harus diisolasi di ruang tertentu. Air kencing, darah, dahak, dan tinja pasien harus ditangani secara hati-hati karena sangat infeksius. Objek yang bersentuhan dengan cairan tubuh pasien harus didesinfeksi dengan sodium hipoklorit 0,5%.
         Vaksin dan obat-obatan untuk mencegah infeksi virus ebola sampai saat ini belum ada. Pemakaian alat pelindung diri di rumah sakit di Afrika sangat penting. Suatu gen yang mengandung glikoprotein virus ebola yang dibawa oleh Adenovirus telah berhasil memberikan perlindungan pada primata dan sedang diteliti lebih lanjut untuk digunakan pada manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar